FAKTA ILMIAH ALASAN NABI MUHAMAD SAYANG TERHADAP KUCING.

Bagi umat Islam, kucing merupakan hewan istimewa yang patut disayangi dan tidak boleh di sakiti. Sebagaimana yang di contohkan oleh Nabi Muhamad, bahwa beliau sangat menyayangi hewan jenis kucing tersebut sebagaimana ia menyayangi saudaranya sendiri. Dalam beberapa kisah, diriwayatkan bahwa Rosulullah pernah sampai hati rela memotong balahan lengan jubahnya karena tidak ingin mengganggu kucing kesayangannya yang sedang tertidur lelap di atas jubahnya tersebut. Rosullulah memberikan nama kucing kesayangannya itu dengan nama “Muezza”. Setiap kali Rosul pulang ke rumah, Muezza selalu terbangun dan bertunduk sujud pada majikannya, sebagai balasannya Nabi akan menggendongnya dan mengelus kepala kucing tersebut.

Perilaku kucing itu menggambarkan bahwa ia sangat senang dengan perilaku yang lebut dan penuh kasih sayang. Muezza sangat senang dengan sikap Rosul karena Rosulullah adalah pribadi yang baik dan sangat penyayang pada siapapun. Pada kisah lain menggambarkan bahwa setiap Rosulullah menerima tamu, ia akan menggendong Muezza si kucing kesayangan di atas pangkuannya. Sedangkan hal lain yang Rosulullah sukai dari kucing tersebut adalah karena ia akan selalu mengeong ketika mendengar suara adzan dan suaranya seakan-akan mengikuti nada dan lantunan adzan tersebut. 

Rosulullah berpesan pada sahabat sekaligus umat-umatnya untuk selalu menyayangi kucing sebagaimana menyayangi saudaranya sendiri. Banyak hadist yang menyatakan bahwa balasan hukuman api neraka bagi mereka yang menyiksa kucing, diantaranya juga dinyatakan bahwa kucing tersebut tidaklah najis dan boleh dipelihara di rumah. Pernyataan tersebut tentunya bukan hanya sekedar omong kosong belaka, namun dapat di buktikan dengan kajian-kajian ilmiah masa di masa kini.

 Artikel yang membahas mengenai fakta tentang kucing mungkin sudah banyak yang pembaca ketahui, pada kesempatan kali ini penulis akan memperjelas kembali mengenai fakta-fakta tersebut sebagaimana yang termuat pada artikel lain yang pernah pula membahasnya. Namun, penulis mencoba untuk mengkaitkan fakta tersebut dengan hasil berbagai riset dan penelitian tentang kucing tersebut. Walaupun sebagaimana kita ketahui, informasi demikian masih sangat minim.

Kucing merupakan satwa mamalia yang sudah lama hidup di tengah kesibukan dan aktifitas manusia, walau demikian ada beberapa jenis diantaranya yang hidup secara liar di beberapa habitat. Kucing tersebar di berbagai macam negara dengan jenis sub species yang berbeda-beda pula. Sedangkan kisah kucing ini secara tidak kita sadari sudah banyak yang berperan dalam berbagai perjalanan hidup manusia itu sendiri.

 Berdasarkan sebuah riset modern menyatakan bahwa lapisan kulit kucing sangat tahan dari serangan kuman penyakit, dengan bulu-bulu yang tumbuh pada seluruh tubuh kucing memungkinkan dirinya mengatur kelembaban dan suhu pada permukaan kulitnya tersebut sehingga jamur dan beberapa jenis bakteri jahat tidak akan mampu hidup diatasnya. Dengan demikian tubuh kucing sangat bersih, ditambah kemampuan otot di bawah lapisan kulitnya yang mampu menolak beberapa jenis telur bakteri dan mampu menyesuaikan dengan sentuhan dari benda apapun termasuk sentuhan lengan manusia. Jika kita sering melihat kucing menjilat-jilati bulu pada tubuhnya, itu merupakan usaha yang dilakukan kucing untuk menjaga kebersihan bulu-bulunya. Pada permukaan lidah kucing, terdapat benjolan-benjolan kecil dengan jumlah yang sangat banyak, organ tersebut berfungsi sebagai alat pembersih yang sangat baik. Dengan menggunakan lidahnya, kucing mampu menyapu bulu-bulunya dan memisahkannya dari bagian bulu yang sudah mati.

Berdasarkan islam, sisa makanan kucing hukumnya suci. Hadist Kabsyah binti Ka’b bin Malik menceritakan bahwa Abu Qatadah, mertua Kabsyah, masuk ke rumahnya lalu ia menuangkan air untuk wudhu. Pada saat itu, datang seekor kucing yang ingin minum. Lantas ia menuangkan air di bejana sampai kucing itu minum.

Kabsyah berkata, “Perhatikanlah.” Abu Qatadah berkata, “Apakah kamu heran?” Ia menjawab, “Ya.” Lalu, Abu Qatadah berkata bahwa Nabi SAW prnh bersabda, “Kucing itu tidak najis. Ia binatang yang suka berkeliling di rumah (binatang rumahan),” (H.R At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).

Diriwayatkan dan Ali bin Al-Hasan, dan Anas yang menceritakan bahwa Nabi Saw pergi ke Bathhan suatu daerah di Madinah. Lalu, beliau berkata, “Ya Anas, tuangkan air wudhu untukku ke dalam bejana.” Lalu, Anas menuangkan air. Ketika sudah selesai, Nabi menuju bejana. Namun, seekor kucing datang dan menjilati bejana. Melihat itu, Nabi berhenti sampai kucing tersebut berhenti minum lalu berwudhu. Nabi ditanya mengenai kejadian tersebut, beliau menjawab, “Ya Anas, kucing termasuk perhiasan rumah tangga, ia tidak dikotori sesuatu, bahkan tidak ada najis.”

Diriwayatkan dari Dawud bin Shalih At-Tammar dan ibunya yang menerangkan bahwa budaknya memberikan Aisyah semangkuk bubur. Namun, ketika ia sampai di rumah Aisyah, tenyata Aisyah sedang shalat. Lalu, ia memberikan isyarat untuk menaruhnya. Sayangnya, setelah Aisyah menyelesaikan shalat, ia lupa ada bubur.

Datanglah seekor kucing, lalu memakan sedikit bubur tersebut. Ketika ia melihat bubur tersebut dimakan kucing, Aisyah lalu membersihkan bagian yang disentuh kucing, dan Aisyah memakannya. Rasulullah Saw bersabda, “Ia tidak najis. Ia binatang yang berkeliling.” Aisyah pernah melihat Rasulullah Saw berwudhu dari sisa jilatan kucing.” (H.R AlBaihaqi, Abd Al-Razzaq, dan Al-Daruquthni).

Hal diatas di buktikan dengan berbagai hasil penelitian yang kemudian membuktikan bahwa kucing pada saat minum ia tidak akan meneteskan air liurnya atau sisa air yang ia minum dari lidahnya. Kucing memiliki organ istimewa pada lidahnya yang mampu memberishkan apapun yang ia jilat. Sehingga dapat disimpulkan, selain kucing itu bersih dan suci ia pun mampu membersihkan dan mensucikan.