Skip to main content

HUBUNGAN PERCINTAAN DAN KONFLIK

Sumber: wisatamagelang.com


Dalam sebuah hubungan, baik itu rumah tangga maupun pacaran tentunya kita sering menemukan batu kerikil, sebuah hambatan maupun konflik. Biasanya permasalahan ini muncul akibat faktor hubungan itu sendiri maupun faktor dari pihak ke tiga (eksternal). Namun, masih banyak diantaranya yang tidak bisa menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut, hingga pada akhirnya berujung pada perceraian dan putus cinta.
Sebelumnya kita intip dulu apa yang dimaksud dengan hubungan tersebut. Hubungan rumah tangga dan hubungan yang masih bersetatuskan “pacaran”, keduanya melibatkan sebuah sebuatan yang sudah umum, yaitu “Cinta”. Tentunya baik yang masih pacaran atau yang sudah menikah kemudian berumah tangga, keduanya kita asumsikan atas dasar suka sama suka. Dalam sebuah blog yang pernah saya baca menuliskan bahwa, cinta adalah perwujudan yang abstrak. Seperti sebuah lembaran kosong, cinta akan terasa indah bila kita mampu menuliskan kata cinta dan kasih sayang dengan ketulusan yang sepenuh hati.Begitu pula sebaliknya, cinta akan terasa begitu menyakitkan bila kita tak pernah mau dan mampu untuk menuliskan kata-kata terindah untuknya. Mengenal cinta tidak hanya karena kewajaran semata, tetapi mengenal keberadaan sebuah cinta lebih tertuju karena kita merasakan adanya sesuatu bagian dari perasaan kita yang terlepas dan perlu untuk kita kenal kembali. (inspirasikecilku.blogspot.com; 2010)
Dari pengertian tersebut menggambarkan bahwa cinta memang sesuatu yang sulit digambarkan oleh definisi tertentu. Masalahnya hubungan ini merupakan faktor interaksi yang gejalanya sulit diamati. Namun perasaan cinta juga melibatkan proses-proses biologis yang dapat dijelaskan secara rasional. Sebuah studi meta-analisis terbaru yang dilakukan oleh Profesor Universitas Syracuse, Stephanie Ortigue, telah mendapatkan perhatian di seluruh dunia. Penelitian inovatif, “The Neuroimaging of Love,” mengungkapkan bahwa jatuh cinta dapat menimbulkan tidak hanya perasaan gembira yang sama dengan saat menggunakan kokain, tapi juga mempengaruhi area intelektual otak. Para peneliti juga menemukan fakta bahwa jatuh cinta hanya butuh waktu sekitar seperlima detik. (dikutip dari: faktailmiah.com).
Peneliti juga menemukan bahwa cinta pada pandangan pertama ada hubungannya dengan faktor genetik. Wanita diketahui lebih memilih pria lewat wangi tubuhnya, yang genetiknya berbeda jauh. Peneliti menemukan bahwa pengaruh zat kimia dan protein-protein tertentu yang dihasilkan lawan jenisnya ketika saling bertemu sangat menentukan ketertarikan pasangan. Dalam kelompok mamalia, termasuk manusia, ternyata peneliti menemukan hasil yang sama pula. "Kesuksesan seorang wanita untuk menghasilkan anak ada hubungannya dengan kualitas genetik pria, terutama pria yang memiliki genetik berlawanan dengan si wanita. (Dikutip dari: detikhealth.com)
Dengan demikian, faktor-faktor hubungan tersebut sebenarnya dapat dijelaskan secara rasional dan melibatkan disiplin ilmu biologis. Sehingga dalam menyikapi bagaimana konflik dari hubungan tersebut dapat terjadi, tentunya dapat dijelaskan secara rasional pula.
Ada kalanya konflik dalam suatu hubungan itu dikategorikan sebagai konflik yang bersifat emosional. Atau konflik akibat hubungan itu sendiri, terhadap hubungan baik keduanya. Konflik ini meliputi marah, cemburu, khawatir dan rindu. Konflik ini merupakan awal dari konflik yang akan terjadi berikutnya. Akibat perasaan tersebut ini kadangkala suatu pasangan tersesat pada prasangka negatif atau spekulasi yang tidak rasional, kemudian muncullah konflik-konflik baru setelahnya.
Konflik dalam pasangan ini yang berikutnya adalah perasaan yang timbul karena karakter dari hubungan itu sendiri. Misalnya adalah rasa bosan yang muncul karena karakteristik hubungan yang selalu monoton. Atau aktifitas pacaran yang dilakukan terlalu sering dan kemudian muncul rasa bosan karena adanya kesalahan dalam menyikapi kebosanan tersebut.
Konflik yang terakhir adalah konflik yang muncul karena adanya campur tangan pihak ke tiga (eksternal). Konflik ini sering terjadi akibat adanya input pada hubungan suatu pasangan. Baik itu bersifat langsung maupun tidak langsung.
Yang dimaksud dengan langsung di sini adalah, pelaku yang melakukan input tersebut terlibat secara langsung dan mempengaruhi hubungan keduanya. Misalnya adanya pihak ketiga yang ingin mengambil alih dari hubungan tersebut, Adanya pihak lain yang tidak setuju dengan hubungan tersebut dan adanya pihak lain yang terganggu akibat hubungan tersebut. Sedangkan secara tidak langsung disini misalnya pengaruh ekonomio-sosial  gelobal yang kemudian mempengaruhi hubungan suatu pasangan akibat adanya tekanan pada keduanya.
Dengan demikian, dari konflik-konflik tersebut tentunya memerlukan pemikiran yang dewasa dan rasional untuk menyikapi hal ini. Dapat kita ketahui bahwasannya dalam setiap konflik baik itu pertemanan, pacaran dan rumah tangga dapat diselesaikan dengan cara komunikasi dan pengolahan informasi yang baik pula.

Comments