Skip to main content

BAGAIMANA MANUSIA BISA TERCUCI DAN MENCUCI (OTAK)





Entah darimana asal muasal pemikiran mengenai pencucian otak ini, namun secara logika bisa dikatakan bahwa pencucian otak hanya sebuah proses. Sedangkan kajian yang akan saya bahas saat ini adalah kejadian apa yang akan dialami jiaka seseorang mengalami cuci otak atau juga mencuci otak.
Cuci otak saya artikan sebagai suatu kejadian dimana seseorang dalam kondisi terisi baik berupa kebiasaan, logika, kenangan, pemikiran dan aspek prinsip yang secara biologis tersimpan pada bank data sel-sel kelabu (otak) mengalami perubahan atau pembersihan hingga penghapusan sama sekali. Pada proses pencucian otak ini, merupakan proses yang sangat kumulatif dan rumit dari jutaan aspek pemikiran dan kesimpulan yang kemudian menjadi hal yang sangat baru.
Jika dilihat dari sudut pandang psikologis saya mengkaji pemikiran bahwasannya manusia terdiri dari 2 (dua) proses pengisian memory yaitu proses primer (yang merupakan dasar pemikiran) dan Skunder (merupakan kejadian atau dinamika hasil dari proses primer). Secara mudah kita contohkan pada anak-anak yang jika mereka mendapatkan kata warna maka ia akan berfikir bahwa kata merah, kuning, hijau adalah rangkaian warna sedangkan merah, kuning dan hijau adalah bagian warna. Kemudian anak-anak tersebut berfikir bahwa balon yang ia pegang berwarna merah, kuning atau hijau. Sedangkan merah, kuning atau hijau itu adalah rangkaian atau jenis warna. Jadi dapat disimpulkan bahwa kata warna adalah primer sedangkan merah, kuning atau hijau adalah proses skunder dari akbitat modifikasi kata warna menjadi jenis warna.
Dalam pencucian otak, yang menjadi dasar atau teknis proses yang terjadi adalah perubahan bentuk sebagai bagian dari fragmentasi unsure primer yang kemudian secara spontan merubah jutaan kemungkinan pemikiran-pemikiran skunder yang lain. Seperti diatas dicontohkan bahwa jika anak-anak itu mengatakan bahwa merah itu warna maka kita dapat mengatakan bahwa warna itu adalah kumpulan dari berbagai macam warna. Sehingga dalam proses yang terjadi secara spontan anak-anak tersebut akan mengatakan bahwa merah bukan merupakan warna tapi merah, kuning dan hijau merupakan warna. Hingga pada proses pemikiran lain berbanding dengan perkembangan pengalaman atau suatu proses input pemikiran lain yang hanya sekedar proses skunder. Misalnya saat ia bertemu dengan rekan seumurannya dan mengatakan bahwa bajunya berwarna merah maka anak yang terfragmentasi tersebut akan mengatakan bahwa bajunya tidak berwarna tapi bajunya merah.
Hal diatas merupakan hanya cotoh kecil, pengembangan saat ini proses pencucian otak yang hanya merupakan sebuah proses berkembang pada hal yang lebih prinsiptis. Pemikiran dan teori dari berbagai media hanya suatau rangkaian pengembangan dari proses skunder tadi sedangkan primernya merupakan hal pengalaman fragmentasi lingkungan terhadap akar budaya pribadi yang ia dapat sejak awal mula.
Berbicara mengenai prinsip, merupakan hal reltif yang terus berkembang pada diri manusia. Perkembangan tersebut tidak akan terlihat melalui perubahan prinsip tersebut, namun dari buah hasil prinsip yang lebih primer pada strata yang lebih tinggi. Misalnya seseorang pria dewasa mengatakan bahwa dirinya adalah wanita. Secara biologis pada sudut pandanng yang sempit kita mengatakan bahwa dirinya pria dengan cirri-ciri yang jelas. Sedangkan dalam sudut pandang lain misalnya sikap, logat, pergaulan dan rangkaian lingkungan ekologis antara diri pribadinya dengan orang lain mengatakan bahwa dirinya adalah seorang wanita. Maka dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin hanya merupakan proses primer sedangkan gejolak wanita atau pria adalah proses skunder yang menjadi strata atau tingkatan yang lebih tinggi. Kajian itu didasarkan atas benar atau salahnya seseorang mengatakan pada dirinya mengenai jenis kelamin merupakan bias, sedangkan yang dominan disini adalah kajian mengenai jenis kelamin atau gejolak dan dinamika seseorang membedakan antara kata wanita dan pria sebagai suatu cirri-ciri dan rangkaian yang sangat rumit.
Pencucian otak terjadi pada siapapun tidak membedakan tingkatan intelektual maupun kekuatan untuk berfikir (kemampuan seberapa besar seseorang menghasilkan pemikiran dan menyimpulkannya). Pencucian otak tidak membedakan siapapun baik itu dari lingkungan positif maupun negative. Yang membedakan adalah bagaimana seseorang melakukan prosedur kerja saat berfikir dan menyimpulkannya. Tidak terikat dengan tingkatan umur lama atau masih baru. Karena sel-sel kelabu hanya sebuah kantung yang tidak terbatas dan sangat kompleks.
Misalnya yang terjadi pada pelaku bom bunuh diri yang semula hanya seorang keturunan petani atau berasal dari daerah pinggiran kota yang terbelakang. Baik itu tempat tinggal, umur, status dan agama tidak menjadi factor pembeda dalam proses pencucian otak. Tidak ada hal lain selain bagaimana seseorang melakukan prosedur kerja otaknya berjalan untuk melakukan berfikir, menyimpulkan dan menampung ingatan. Benar dan salah merupakan hal yang bias, baik buruk atau jangan dan boleh merupakan unsure yang diabaikan jika pemikiran yang bersangkutan sudah sejak awal terfragmentasi oleh logika lain yang mampu mendobrak proses primer diatas.
Katakanlah bahwa prinsip pria yang berasal dari desa itu merupakan sekantung susu putih yang murni berasal dari sapi yang diperah dari perbukitan yang sejuk. Dengan prosedur kerja sederhana kita bias menyuntikan tinta printer whaterbase berwarna merah dengan kadar yang sangat sedikit sekali hingga titik-titik pigmen merah dalam sekala miko tidak dapat teridentifikasi. Maka isi kantung itu akan berwarna merah muda dengan satuan merah yang tidak dapat kita hitung. Namun secara prinsip pemilik kantung akan mengatakan bahwa itu adalah susu sapi diperah dari sapi yang ada di dataran tinggi yang sejuk sedangkan orang lain mengatakannya itu merupakan sekantung susu beracun yang bias menghasilkan rasa sakit bagi siapa saja yang meminumnya.
Dari ilustrasi tersebut tidak berbeda jauh dari seorang yang mengatakan bahwa tuhan menghendaki kebajikan, sedangkan angkara murka adalah hal negative yang dominan dalam lingkungan yang ia miliki. Jutaan kesimpulan kemudian terlahir sebagaimana prinsip dan komitmen kehidupan yang ia pegang seumur hidupnya. Jika seseorang itu mengatakan bahwa pemikiran itu datang atas nama muslim maka ia mengatakan secara kolektif bahwa manusia hanya muslim dan tidak ada yang lain. Selain itu merupakan angkara murka yang dominan dalam lingkungan yang ia miliki. Prinsip tersebut sama halnya dengan susu sapi murni kemudian fragmentasi yang entah darimana datangnya mengatakan bahwa tuhan menghendaki lingkungan yang bersih dari angkara murka dan pemusnahan merupakan kebajikan. Dengan demikian tidak lama setelah itu jutaan kesimpulan dan proses skunder tadi terlahir akibat perubahan wujud proses primer. Kemudian mengatakan bahwa pemusnahan adalah kebajikan, pemusnahan dapat dilakukan dengan berbagai cara, siapa saja yang harus dimusnahkan, angkara murka itu adalah orang ini atau itu dan seterusnya.
Maka lahirlah seorang yang mengatakan bahwa dirinya adalah susu sapi yang berasal dari sapi dari daerah perbukitan tersebut padahal orang mengatakan bahwa itu racun yang berwarna merah muda dengan kadar warna merahnya tidak kita ketahui sebagai satuan yang sangat kecil. Kembali lagi bahwa benar atau salah merupakan hal yang relative sedangkan boleh dan tidak adalah hal yang kemudian menjadi bias dan diabaikan.
Sedangkan dua sisi mata uang tersebut tidak dapat disatukan secara logika, namun tidak ada sisi dalam kajian ini. Memandangi dan mempelajari benar atau salah sebagai kumulatif yang rumit merupakan hamparan lapangan yang datar dan kita sendiri sebagai akibat dari proses primer mengatakan bahwa lapangan itu dipisahkan hingga melipatnya menjadi dua sisi. Atas dan bawah, atau kiri dan kanan atau pula baik maupun jahat.

Tulisan ini dibuat akibat efek samping kopi hitam dan merupakan buah pikir barudak Bale-Bale menuju pemikiran yang semakin maju untuk mengalahkan republic Tiras.


Ket: kanggo Teroris, mujahidin, polisi, pejabat, barudak bale jeung masyarakat Indonesia hapunten bilih lepat nyarios.

Comments