Skip to main content

5 Hal Yang Harus Dipertimbangkan Saat Memilih Tempat Kuliah

Ilustrasi Sumber : jejakrekam.com
Perkuliah merupakan hal yang didambakan oleh sebagian besar masyarakat kita. Walaupun tidak semua ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang ini, namun kenyataannya minat pendidikan perguruan tinggi selalu meningkat setiap tahunnya. Tidak heran apabila angka potensial mahasiswa meningkat seiring biaya perkuliahan itu sendiri.
Untuk beberapa kalangan elite memandang bahwa perguruan tinggi baik swasta maupun negeri adalah prospek bisnis yang cerah. Pandangan tersebut seakan menunjuk pada aktifitas finansial yg terjadi di dalamnya. Selain itu dari sudut pandang akademis hal ini berlawanan dengan tujuan awal "tri darma perguruan tinggi"  yang jelas sebelumnya mengklaim sebagai sarana pendidikan, penelitian dan pengabdian yang dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat. Tingginya biaya kuliah menjadi polemik dan jalan buntu bagi masyarakat yang ingin meningkatkan taraf hidupnya, sementara kebutuhan pendidikan tinggi yang telah distandarkan pemerintah terkesan begitu sangat membebani.
Beranjak dari semua unek-unek rakyat tentang perkuliahan menjadi dilema yang tidak terselesaikan. Sementara berbagai program pemerintah yang bertujuan untuk memberikan akses luas kepada masyarakat tentang pendidikan ini kenyataannya masih jauh dari harapan. Bangku kuliah seakan barang mewah dan harapan kecil bagi  masyarakat miskin berikut dengan keilmuan yang terkandung di dalamnya.
Berdasarkan hal tersebut maka penting untuk disimak bahwa kuliah tidak dapat ditempuh di sembarang kampus dengan pertimbangan seadanya. Namun harus dipikirkan mengenai rencana jangka panjang dan harapan-harapan yang hendak diperoleh setelah menjalani masa kuliah tersebut. Berikut adalah 5 hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih kampus tempat kuliah mu yang seharusnya.

1. Integritas Dalam Pendidikan.
Lembaga perguruan tinggi yang baik adalah lembaga yang memiliki visi dan misi yang jelas. Artinya seluruh lapisan internal lembaga memiliki tujuan dan harapan pencapaian yang ideal dan terlihat dari implementasi pendidikan yang dilaksanakannya.
Pada saat ini banyak kampus-kampus yang melakukan promosi besar-besaran melalui media dengan kemasan yang menarik. Namun disamping semua penglihatan cover promosi tersebut, penilaian harus dimulai dari output yang telah dihasilkan oleh lembaga yang bersangkutan. Tidak segan-segan promosi yang dilakukan menjanjikan banyak hal, dari A sampai Z yang pada kenyataannya tidak semua janji tersebut terimplementasikan.
Memilih lembaga perguruan tinggi yang baik tidak dapat hanya dilihat dari kondisi fisik luarnya saja, namun mesti dinilai pula dari kondisi fundamental didalamnya. Penilaian output tersebut pada saat ini baru sebatas pada penilaian penyerapan tenaga kerja lulusan. Sedangkan aspek edukasi lulusan tidak diperhitungkan. Padahal aspek edukasi merupakan karakteristik yang bersifat unik dan tidak akan dapat distandarkan melalui penilaian fisik semata. Aspek edukasi lulusan merupakan salah satu penilaian integritas yang bersifat fundamental dari sebuah perguruan tinggi, dimana penilaian dilakukan melalui  kemampuan lembaga dalam menjalankan proses pendidikan dan sejauh mana lembaga dapat  mengembangkan intelegensi secara positif terhadap peserta didik nya.
Lembaga perguruan tinggi yang memiliki integritas juga nampak dari pelayanan pendidikan yang profesional. Keberlangsungan perkuliahan disertai komitmen yang kuat dan fokus untuk saling membangun antar masing-masing elemen. Misalnya saja nampak dari aktifitas pembelajaran yang proaktif, mahasiswa diberikan kebebasan berfikir dan berpendapat, lembaga mendukung atas aktifitas keorganisasian mahasiswanya, perkuliahan yang konsisten dan profesional, perangkat lembaga yang melayani mahasiswa sesuai hak-haknya serta menjalankan segala komitmen pendidikan tinggi yang disepakati bersama bukan bersumber dari kalangan elite yang berkuasa.

2. Kepedulian Sosial
Walaupun perguruan tinggi bukan lembaga sosial, namun aspek pendidikan adalah salah satu bagian di dalamnya. Campur aduk berbagai kepentingan menyebabkan mentalitas sosial ini sedikit demi sedikit menjadi terlupakan. Banyak bentuk dan rupa nilai-nilai sosial yang sudah tidak dilakukan sekian banyak kampus. Lebih parah apabila kalangan akademisi hanya bersikap apatis terhadap isu sosial yang sedang terjadi.
Walaupun tidak semua lembaga perguruan tinggi mengabaikan tentang kepedulian sosial ini, sebagian besar nyatanya telah melupakan peran penting akademis dalam memberikan kontribusi membangun aspek sosial masyarakat menengah ke bawah. Contoh kecilnya saja adalah dengan mahalnya biaya perkuliahan yang menyebabkan pemisahan kalangan yang dapat masuk sebagai peserta didik. Contoh kecil yang membuktikan bahwa bangku kuliah hanya ditunjukan untuk mahasiswa golongan menengah ke atas.
Sikap apatis akademisi justru menutup peluang solusi moral kelembagaan untuk mencarikan alternatif permasalahan pendidikan. Sementara kualitas pendidikan tinggi itu sendiri diakses secara terbatas dan tidak merata di setiap lini kalangan masyarakat.

3. Tenaga Pengajar Profesional.
Perguruan tinggi memang berbeda dengan jenjang pendidikan lain. Tenaga pengajar (Dosen) tidak dipersiapkan secara khusus untuk mengajar peserta didik dan tidak dibekali secara konsentrasi tentang metode pengajaran mahasiswa. Tenaga pengajar terkadang berasal dari tenaga profesi yang hanya relevan dengan jurusan atau mata kuliah yang diajarnya namun tidak memiliki kemampuan/skill metode pengajaran yang efektif. Oleh sebab itu, lembaga perguruan tinggi dilengkapi dengan sub bidang operasional yang mengurus hal tersebut. Program studi (prodi) menjadi ujung tombak efektifitas perkuliahan. Ketangguhan divisi program studi dalam menjalankan dapat menjadi ukuran bagaimana kampus dapat menyusun rencana pengajaran yang akan diberikan. Rencana ajar tersebut sudah disusun dalam bentuk silabus perkuliahan. Tentunya penyusunan disesuaikan dengan kurikulum yang sudah ditetapkan oleh pemerintah melalui Lembaga Dikti. Jadi, rencana ajar yang diberikan bersifat kaku, artinya dosen mengacu pada pengajaran yang sudah ada saja. Lalu bagaimana kinerja dosen dapat dinilai? Bagaimana mengukur kualitas tenaga pengajar tersebut apabila dilihat dari kaca mata masyarakat umum?
Seperti poin-poin sebelumnya, bahwa penilaian kualitas sebuah perguruan tinggi dapat dilihat dari segi non fisik seperti kualitas lulusan. Seberapa jauh kualitas lulusan dapat bersaing di dunia kerja dalam profesi maupun di luar profesi. Kualitas lulusan dapat dilihat pada nilai yang dimiliki para lulusan tersebut, bagaimana mereka dapat menjunjung tinggi nama baik almamater sebagai kepribadian yang mendelegasikan kampusnya di mata masyarakat umum. Efektifitas pengajaran yang diberikan dosen akan terlihat dari hasil yang tercetak di masyarakat luas. Ilmu yang diberikan di bangku kuliah diimplementasikan dengan baik  atau tidak pernah ada sama sekali. Hal inilah yang paling mudah dilihat, karena aspek pengajaran yang konsisten dan profesional bersumber dari tenaga pengajar yang berkualitas akan nampak berbeda pada saat dilihat oleh mata masyarakat umum. 

4. Transparansi Kebijakan
Berbagai kebijakan kampus harus ditaati oleh seluruh mahasiswa, namun tidak sedikit mahasiswa yang tidak memahami maksud dan tujuan kebijakan-kebijakan tersebut. Berbagai aturan dan kebijakan bermunculan begitu saja tanpa dipahami secara mendalam latar belakang yang menjadi alasannya. Begitu juga dengan mentalitas mahasiswa itu sendiri yang belakangan semakin kurang kritis terhadap segala hal yang ada dilingkungan kuliah. Hal ini tidak akan terjadi apabila pihak kampus sendiri membuka transparansi kebijakannya selebar mungkin.
Kampus yang sehat akan memiliki banyak kebijakan dengan keterbukaan yang menerima segala kesepakatan yang diputuskan bersama. Sedangkan kampus yang bermasalah akan banyak menutupi berbagai kebijakan internal dan eksternal. Hal tersebut besar kemungkinan disebabkan karena adanya permasalahan non akademik yang tidak seimbang, serta lemahnya mentalitas pelaku kebijakan itu sendiri. Dalam kondisi seperti ini, mahasiswa hanya akan menjadi objek dari aktifitas perkuliahan. Berbagai kebijakan yang membebani tersebut tidak akan membuahkan pemikiran positif.

5. Bersih Dari Kepentingan.
Perguruan tinggi adalah wadah bagi masyarakat umum untuk belajar dan mengembangkan ilmu yang dimiliki menjadi sebuah kemampuan dasar profesi. Aktifitas utama mahasiswa sebagai warga kampus diantaranya adalah belajar, berinovasi, mengembangkan ilmu dan mengabdi kepada masyarakat. Namun pada saat ini kampus terkadang disalah gunakan oleh berbagai pihak untuk mendukung kepentingan-kepentingannya. Sumberdaya besar yang dimiliki lembaga perguruan tinggi digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan segelintir orang dan kelompok.
Lembaga pendidikan yang baik adalah lembaga yang bersikap objektif dan memandang sebuah isu dengan kacamata intelektual. Namun tidak dengan lembaga pendidikan tinggi yang sudah terkontaminasi oleh idieologi dan faham kepentingan, dimana berbagai pandangan yang diberikan tidak berasal dari kacamata ilmu pengetahuan melainkan berasal dari kepentingan egois yang tidak berdasar.
Hak dan kewajiban masing-masing pihak baik lembaga maupun mahasiswa memberikan peran yang sangat penting. Masing-masing memiliki output dan input secara konsisten sehingga stabilitas aktifitas didalamnya akan tetap terjaga. Kesehatan sebuah perguruan tinggi ditunjukan oleh keseimbangan antar pihak. Masing-masing menjalankan perannya dan berjalan dengan sinergis satu sama lain. Adanya pihak berkepentingan dalam sebuah perguruan tinggi menunjukan adanya ketidak seimbangan kekuatan, atau memanfaatkan sumber daya yang ada bukan pada tempatnya. 

Masyarakat sudah harus pintar mengarahkan pendidikannya pada lembaga yang tepat. Dengan menempatkan diri pada tempat yang baik, hal ini diharapkan dapat mengoptimalkan potensi intelektual yang dimilikinya serta berpeluang meningkatkan taraf hidupnya.


Comments