Maha Suci Allah, yang Telah memperjalankan hamba-Nya pada
suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang Telah kami berkahi
sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) kami. Sesungguhnya dia adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al Israa’:1)
Isra’ Mi’raj merupakan kejadian yang sangat penting bagi
umat Islam, baik dalam aspek sejarah Islam itu sendiri dan aspek cara pandang
ilmu pengetahuan yang hingga kini memandang kejadian itu sebagai kebuntuan logika untuk
dapat menjelaskannya secara ilmiah dan bijak.
Secara singkat Isra’ Mi’raj merupakan perjalanan Rosulullah
dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha dengan hanya membuthkan waktu dalam
satu malam. Kejadian ini menjadi hal yang sangat fenomenal dan penuh pertanyaan
dari banyak kalngan, mengingat jarak yang ditempuh dan waktu yang dibutuhkan
tidak sesuai dengan logika dan penalaran pada jaman itu. Namun pada masa kini,
kejadian Isra’ Mi’raj menjadi salah satu kajian yang bersifat ilmiah sehingga
banyak yang menghubungkannya dengan banyak teori yang berkembang hingga
sekarang.
Sebelum membahas lebih mendalam, agar hal ini tidak menyimpang
dari keyakinan bagi umat Islam maka Allah SWT meluruskan dengan salah satu ayat
Al quran sebagai berikut.
“Hai jama`ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat
menembusnya melainkan dengan kekuatan.” [Ar Rahman:33]
Hal yang sangat membuat saya sangat yakin adalah bahwa
Allah SWT telah memberikan satu petunjuk yang sangat logis agar manusia
meyakini hal tersebut. Yaitu, bagaimana dalam surat tersebut Allah SWT tidak
melarang manusia untuk melintasi penjuru langit dan bumi. Malahan secara gambling
bahwa Allah telah memberikan petunjuk mengenai penggunaan “kekuatan” untuk
dapat “menembusnya”. Dalam artian bahwa seperti halnya pada jaman modern kini
mengembangkan teknologi transportasi yang tidak pernah lepas dengan penggunaan energi
yang dimaksud diatas sebagimana hal nya kekuatan tersebut.
Jika dikaji
lebih mendalam mengenai perjalanan Rosul pada kejadian Isra’ Mi’raj maka
kejadian itu adalah sebuah paradox waktu jika di lihat dari sudut pandang sains
pada masa kini. Hal itu merupakan permasalahan keterbatasan tekhnologi yang
mana dalam hadits Nabi Muhammad saw dijelaskan bahwa kendaraan tersebut
dinamakan sebagai “buraq”. Menurut Ahli Tafsir Al-qur’an, Ibn Katsir, Buraq
berasal dari kata Barqun yang berarti kilat. Kilat merupakan cahaya dan tidak
sesuatu yang bergerak lebih cepat dari cahaya.
Kecepatan
cahaya di umpamakan pada cahaya matahari yang sampai ke bumi, yang mana cahaya
tersebut membutuhkan waktu sekitar 8 menit hingga sampai di permukaan bumi seperti
yang kita rasakan setiap hari. Begitu juga perbandingan cahaya kilat dengan
suaranya yang terjadi perbedaan waktu kejadian, karena kecepatan cahaya
melebihi dari kecepatan suara itu sendiri.
Beranjak
pada alat transportasi yang memungkinkan mengangkut manusia dengan kecepatan
paling dahsyat hingga kini belum ada yang menyamai kecepatan cahaya. Sehingga banyak
kalngan yang menganggap bahwa kejadian Isra’ Mi’raj merupakan paradoks waktu
yang mungkin saja terjadi. Namun permasalahan datang karena pada jaman
Rosullulah tidak ada tekhnologi secanggih itu untuk melampaui kecepatan cahaya.
Walaupun jika dasar perkembangan tekhnologi diabaikan maka
kecepatan cahaya membutuhkan ratusan juta tahun untuk dapat melakukan
perjalanan pulang dan pergi dari bumi hingga ke langit ke tujuh. Sedangkan yang
terjadi dalam Isra’ Mi’raj adalah perjalanan yang hanya membutuhkan waktu satu
malam saja. Yang artinya hal tersebut sebagaimana diungkapkan sejumlah ahli adalah
salah satu bukti teori paradoks waktu yang mana ruang dan waktu bersifat relative.
Cara pandang tersebut mengabaikan aspek lain misalkan saja penggunaan kekuatan
atau energy yang ada pada jaman tersebut, tekhnologi, hambatan dari kecepatan
yang luar biasa dan sifat dari ruang dan waktu tersebut. Sehingga disini akan
memunculkan banyak paradoks yang lain untuk mengungkapnya.
Paradoks waktu muncul karena ada ketimpangan waktu
berdasarkan logika. ketidakmungkinan yang dibutuhkan untuk melakukan perjalanan
pada kejadian Isra’ Mi’raj menjadi salah satu kunci bahwa dengan kecepatan
cahaya akan mengakibatkan ruang dan waktu menyusut dan mengembang malahan mampu
membengkokannya. Ada juga yang menyatakan bahwa dengan kecepatan waktu maka
akan mengakibatkan benda disekelilingnya menjadi diam alias waktu akan terhenti
sejenak. Sehingga berdasarkan teori tersebut, saat perjalanan dalam Isra’ Mi’raj
waktu sekitar pada jaman itu mengalami perlambatan hingga terhenti sejenak.
Namun dengan demikian hal tersebut hanya sekedar teori,
belum ada pembuktian yang lebih nyata yang semakin mendekati. Karena kita semua
sebagai umat Islam meyakini kejadian Isra’ Mi’raj sebagai bukti kebesaran Allah
SWT yang maha besar. Jika Allah mengatakan “Kun” Jadi maka “Jadilah”
Comments
Post a Comment
Kirim komentar dan berlangganan. Agar kami dapat menjawab pertanyaan anda. Saran, Kritik dan Pertanyaan sangat membantu kami dalam mengembangkan Blog ini.