Angkatan Udara Republik Indonesia, yang pada saat ini dikenal dengan TNI-AU sempat mengecap
masa jayanya pada masa lalu. Peran sentral yang sangat penting pada masa
pembebasan Irian Barat tersebut, telah menjadikan Angkatan Udara sebagai tulang punggung pada
misi-misi yang diselenggarakan oleh pihak Indonesia. Tidak heran jika pada masa itu Indonesia adalah macan
asia yang menurut banyak pihak adalah merupakan sebuah ancaman dan bakal calon kekuatan
ketiga terbesar di dunia.
Pada masa-masa pertempuran dalam rangka pembebasan Irian
Barat, Indonesia telah banyak terlibat dengan pertempuran dan misi-misi penting
yang diarahkan pada pihak Belanda. Tentunya dalam pertempuran tersebut
Indonesia sangat berharap banyak pada Angkatan Udara mengingat medan tempur
serta karakteristik alam yang sangat sulit menjadikan pesawat sebagai alat
tempur yang sangat efektif. Bisa dikatakan pula bahwa kemampuan ratusan tahun
Belanda menjajah Indonesia tidak bisa diremehkan. Selain pertempuran udara, terlibat
pula pertempuran secara grilia yang mana kedua pihak bertempur sangat sengit.
Berdasarkan catatan sejarah, bahwasannya Operasi Trikora
atau yang kita sebut sebagai Pembebasan Irian Barat merupakan konflik yang
berlangsung selama 2 tahun antara pemerintah Belanda dengan pemerintah
Indonesia. Adapun latar belakang dari konflik tersebut adalah sebagai usaha
pemerintah Indonesia untuk dapat menggabungkan Papua bagian barat menjadi
bagian dari NKRI.
Bermula pada tanggal 19 Desember 1961, Soekarno (Presiden
Indonesia) mengumumkan pelaksanaan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta.
Soekarno juga membentuk Komando Mandala. Mayor Jenderal Soeharto diangkat
sebagai panglima. Tugas komando ini adalah merencanakan, mempersiapkan, dan
menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Papua bagian barat dengan
Indonesia.
Pada masa itu Indonesia sempat meminta bantuan Amerika
namun permintaan itu di tolak, sehingga dari alasan tersebutlah Indonesia mulai
mendekati Uni Soviet guna mendapatkan fasilitas alat tempur untuk mengimbnagi
kekuatan Belanda. Beranjak dari hubungan baik Indonesia dan Uni Soviet, akhirnya,
pada bulan Desember 1960, Jendral A. H. Nasution pergi ke Moskwa, Uni Soviet,
dan akhirnya berhasil mengadakan perjanjian jual-beli senjata dengan pemerintah
Uni Soviet senilai 2,5 miliar dollar Amerika dengan persyaratan pembayaran
jangka panjang. Setelah pembelian ini, TNI mengklaim bahwa Indonesia memiliki
angkatan udara terkuat di belahan bumi selatan.
Indonesia membeli berbagai macam peralatan militer,
antara lain 41 Helikopter MI-4 (angkutan ringan), 9 Helikopter MI-6 (angkutan
berat), 30 pesawat jet MiG-15, 49 pesawat buru sergap MiG-17, 10 pesawat buru
sergap MiG-19, 20 pesawat pemburu supersonik MiG-21, 12 kapal selam kelas Whiskey,
puluhan korvet, dan 1 buah Kapal penjelajah kelas Sverdlov (yang diberi nama
sesuai dengan wilayah target operasi, yaitu KRI Irian). Dari jenis pesawat
pengebom, terdapat sejumlah 22 pesawat pembom ringan Ilyushin Il-28, 14 pesawat
pembom jarak jauh TU-16, dan 12 pesawat TU-16 versi maritim yang dilengkapi
dengan persenjataan peluru kendali anti kapal (rudal) air to surface jenis AS-1
Kennel. Sementara dari jenis pesawat angkut terdapat 26 pesawat angkut ringan
jenis IL-14 dan AQvia-14, 6 pesawat angkut berat jenis Antonov An-12 B buatan Uni
Soviet dan 10 pesawat angkut berat jenis C-130 Hercules buatan Amerika Serikat.
Walaupun demikian, Indonesia tidak terlalu banyak
mengharapkan atau hanya mengandalkan peralatan tempur yang dimiliki. Pada faktanya
Indonesia memiliki kemampuan yang tidak bisa di remehkan mengenai strategi
serta kemampuan grilia di kawasan tropis yang bersemak. Pada masa itu juga
kekuatan militer super tangguh yang dimiliki Indonesia sempat menjadi ancaman
bagi Amerika dengan alasan pengaruh komunisme Uni Soviet yang pada saat itu
sedang berlangsung perang dingin antara kedua negara raksasa tersebut.
Comments
Post a Comment
Kirim komentar dan berlangganan. Agar kami dapat menjawab pertanyaan anda. Saran, Kritik dan Pertanyaan sangat membantu kami dalam mengembangkan Blog ini.