Menjaga
kelestarian lingkungan memang bermanfaat untuk mempertahankan keutuhan kualitas
lingkungan yang ada pada suatu wilayah. Berkomitmen untuk menjaga dan
melindungi kawasan dari pengrusakan akibat berbagai tekanan mungkin hal
tersebut yang akan terasa lebih sulit. Kelestarian dalam arti yang kita pahami,
menunjukan pada situasi dan kondisi lingkungan yang memiliki aktivitas
ekosistem secara terus menerus (berkelanjutan). Sedangkan menurut pemahaman
ilmu biologi, hal tersebut tidak dapat digambarkan dengan sederhana seperti itu
saja. Membutuhkan penilaian dengan cara yang kompleks untuk mengetahui apakah
benar suatu kawasan memiliki kualitas lingkungan yang diharapkan.
Beberapa
dekade di masa lalu, pendekatan mempertahankan kelestarian sebuah kawasan
diwujudkan dengan berbagai aksi sosial yang bersifat memberikan pemahaman pada
publik mengenai arti penting menjaga kawasan dari tekanan aktivitas manusia itu sendiri. Namun, perkembangan teknologi
mengungkap berbagai hal lain yang sebelumnya tidak dipahami. Banyak hal penting
lainnya yang menjawab bahwa alam tidak berkerja dengan cara yang sederhana
seperti yang kita ketahui sebelumnya.
Tekanan
yang dialami alam pada saat ini bukan hanya disebabkan oleh aktivitas manusia
secara langsung. Banyak hal lain yang memiliki impikasi cukup masiv mengenai
pengrusakan yang tidak disadari. Salah satu tekanan yang terjadi adalah
mengenai invasi spesies. Dimana
spesies non pribumi memasuki habitat dan mulai mendominasi aspek-aspek
lingkungan yang ada. Adanya invasi
spesies pada suatu kawasan menyebabkan tekanan bagi sejumlah spesies lain
yang mendorong ke arah kepunahan. Secara alami, invasi spesies terjadi karena persaingan dan hukum-hukum alam yang
berlaku, sehingga dalam kurun waktu tertentu alam menciptakan komposisinya dan
mengeliminasi beberapa spesies lemah lain yang tidak mampu bertahan pada
persaingan yang diciptakan.
Beberapa
invasi spesies juga terjadi akibat
disengaja oleh manusia. Dengan tujuan tertentu manusia memperkenalkan spesies
baru baik hewan maupun tumbuhan dengan tujuan pemenuhan kebutuhan manusia itu
sendiri. Apabila aktivitas manusia ini dilakukan secara masiv dan tidak
terkontrol maka akibatnya adalah penurunan kualitas lingkungan pada kawasan
tersebut. Hal ini yang disebabkan sejumlah spesies penting menghilang.
Penanaman pohon pada suatu kawasan dengan tujuan pelestarian flasma nutfah harus mempertimbangkan hal
ini. Karena akan sangat berdampak pada ekosistem alam dimasa depan. Oleh sebab
itu para aktivis lingkungan harus terlebih dahulu memahami tentang berbagai hal
yang menjadi aspek pelestarian lingkungan tersebut, termasuk mewaspadai invasi
spesies yang terjadi karena tidak disengaja.
Melakukan
perbaikan lahan dengan jalan penanaman pohon atau rehabilitasi sejumlah hewan
memang dibutuhkan. Segala cara dengan melibatkan campur tangan manusia
diperbolehkan selama hal tersebut berlangsung sesuai dengan koridor keilmuan
yang telah dipertimbangkan secara ilmiah. Penanaman pohon pada kawasan tertentu
yang tidak memiliki kompleksitas ekosistem dapat dilakukan dengan pertimbangan
yang sederhana, namun pada kawasan-kawasan tertentu yang berbatasan langsung
dengan kawasan konservasi perlu pendalaman lebih. Menangkarkan berbagai jenis
satwa liar pada sebuah instalasi buatan manusia dapat dijalankan selama hal itu
tidak memotong rantai ekosistem di alam.
Dominasi
yang tidak seimbang oleh salah satu spesies yang bersifat invasif sangat
mengancam keberadaan mahluk hidup lokal. Terutama pada spesies yang rentan akan
kepunahan. Campur tangan manusia tanpa mempertimbangkan aspek ekologi akan
menyebabkan hal tersebut semakin parah. Misalkan saja penanaman sejumlah pohon
dengan karakteristik yang homogen memang memiliki biaya yang efisien, namun
perlu disadari bahwa hal tersebut berdampak negatif pada ekologi kawasan yang
menjadi objek penanaman. Atau penangkaran sejumlah hewan yang terancam punah
pada instalasi-instalasi penangkaran buatan manusia memang dibutuhkan. Namun
perlu dipertimbangkan mengenai peran serta satwa tersebut dalam ekosistem di
habitat aslinya.
Contoh
yang terjadi sekarang ini misalnya saja penangkaran beberapa jenis mamalia
seperti orang utan di Kalimantan. Penangkaran orang utan yang dilaksanakan
secara eksitu atau memindahkannya
pada instalasi buatan manusia akan menyebabkan menurunnya peran serta satwa
tersebut dalam penyebaran jenis vegetasi penting yang ada di kawasan hutan.
Karena telah kita ketahui bahwa beberapa dekade yang lalu jenis satwa orang
utan adalah salah satu satwa mamalia pembawa biji yang mengusasi hampir seluruh
kawasan di pulau terbesar Nusantara tersebut. Contoh lain adalah penangkaran
harimau sumatra yang dilaksanakan hampir menyerupai kebun binatang. Bukan tidak
mungkin bahwa perubahan perilaku akan menyebabkan satwa tersebut lebih agresif
dibandingkan sebelumnya. Kelompok mamalia besar yang satu ini merupakan satwa
yang berada pada urutan paling atas dalam rantai makanan. Sebagai Top Predator maka harimau adalah
satu-satunya satwa yang mengendalikan jumlah populasi satwa lain yang menempati
habitatnya.
Selain
satwa yang seperti kita kenal, maka spesies invasif juga ditemukan pada dunia
tumbuhan. Kelas tumbuhan pepohonan adalah spesies yang memiliki kemampuan
evolusi lebh maju dibandngkan kerabat-kerabatnya. Kejadian invasif pada dunia
tumbuhan lebih jelas terlihat di sejumlah kawasan konservasi yang berbatasan
langsung dengan perkebunan atau lahan garapan masyarakat sekitar. Contoh nyata
yang terjadi adalah invasi oleh jenis tumbuhan akasia di sejumlah kawasan
konservasi. Spesies ini memiliki kemampuan invasif yang sangat signifikasn
dalam jangka waktu 5 (lima) sampai dengan 10 (sepuluh) tahun semenjak jenis ini
diperkenalkan oleh manusia. Akasia memiliki kemampuan tumbuh yang lebih cepat dibandingkan
spesies pribumi lainnya, terutama pada kawasan hutan alam primer. Selain
kemampuan tumbuh, di pacu pula oleh zat aleopati yang dihasilkan sehingga
mematahkan persaingan dengan jenis tumbuhan lain. Akasia lebih mampu
mendominasi dengan jalan membunuh tumbuhan lain disekitarnya. Perkembangan
dengan sebaran individu yang cukup banyak setiap musimnya menimbulkan
areal-areal kloni dalam kawasan konservasi.
Pemahaman
invasi spesies belum begitu dikenal oleh sebagian besar masyarakat terutama
pelaku konservatif yang memiliki komitmen terhadap perlindungan keanekaragaman
hayati. Perkembangan teknologi moderen dalam bidang konervasi yang ada sekarang
belum secara merata dilaksanakan oleh semua darah. Hal tersebut disebabkan
karena keterbatasan sumberdaya manusia dan keterbatasan akibat karakteristik
kawasan yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Comments
Post a Comment
Kirim komentar dan berlangganan. Agar kami dapat menjawab pertanyaan anda. Saran, Kritik dan Pertanyaan sangat membantu kami dalam mengembangkan Blog ini.